Pelatihan Johnny sebagai petaruh sepakbola offline di Solo tidak berlangsung lama. Johnny, yang memulai pelatihan ini sebagai pelajar pada tahun 2016, harus melepaskan serangan gencar perjudian online baru-baru ini.
Johnny yang ditemuinya pada Kamis (3/9/2020) ini mengatakan kepada Solopos.com bahwa dirinya sudah mengenal dunia judi sejak awal.
Jauh sebelum bersolo karir dan menjadi penjudi bola, Johnny dibesarkan di daerah terpencil dan akrab dengan dunia judi.
Pemain berusia 26 tahun itu telah berjudi sejak kecil. Johnny sering menjadi penjudi ketika dia duduk di bangku SMP dan SMA. Dia mengatakan perjudian untuk kelas pelajar jauh lebih mudah daripada beralih ke taruhan sepak bola setelah beralih ke solo.
Di sekolah
Di setiap taruhan dia selalu menjadi bandar, jarang memainkan installer. Hingga akhirnya, saat kuliah, ia memutuskan untuk membuka lapangan sepakbola (offline).
Kebutuhan hidup
Tanpa alasan, ketika dia beralih ke solo dia menjadi penjudi taruhan bola. Persyaratan sebagai pendatang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tinggal di daerah terpencil. Sejak semester pertama hingga keempat, ia menyadari bahwa kebutuhan hidup semakin meningkat.
Tidak ingin menyinggung orang tuanya, berbekal pengalamannya, dia menyatakan dirinya sebagai penjudi taruhan bola.
Meski masih berstatus pelajar, dia mendapat penghasilan puluhan ribu hingga puluhan ribu rupee sehari.
Padahal, di akhir pekan, Johnny bisa mendapatkan penghasilan sebanyak $ 50 juta. Namun, dia hanya akan menerima pemasang yang dia tahu.
Kalaupun bandar kalah minimal satu atau dua kali, tidak ada cerita kenapa dia kalah,” jelasnya.
Untungnya ini besar, tetapi Johnny mengakui bahwa dia tidak lagi tergoda untuk menjadi penjudi bola secara solo.
“Kalau saya bisa pesan, jangan berjudi lagi. Installernya tidak berhasil, bandar selalu sukses. Banyak hal dalam perjudian, termasuk psikis ilmiah [terpengaruh],” kata Johnny.
Sumber: solopos.com